Minggu, 15 November 2015

Ibu..maafkan Anakmu.. – Part 2

Mungkin benar kata orang, bahwa gairah seksual adalah candu, dari waktu ke waktu dosisnya dirasa ingin ditambah terus. Itu pula yang aku alami saat ini, aku sudah mulai agak susah orgasme hanya dengan menciumi aroma celana dalam bekas pakai ibuku. Aku butuh sesuatu yang lebih sebagai bahan inspirasi seksualku dan merasakan sensasi yang lain lagi. Aku mulai mencari-cari apa yang bisa aku jadikan objek fantasi seksualku terhadap ibuku. Kalau memandangi ibuku secara langsung fokus dan terarah pada otak serta membayangkan ibuku dengan sudut pandang seksualitas jujur aku belum berani, ada rasa was-was sendiri manakala aku berhadapan langsung dengan ibuku entah dalam keadaan bicara langsung atau sekedar melihat sekilas pada tubuh ibuku.
Secara realita aku tidak punya nyali untuk itu, kalo boleh dibilang jujur mustahil di kehidupan ini menempatkan ibu kandung kita dalam frame satu ranjang beradegan intim dengan anak sendiri. Meski demikian tidak sedikit orang yang mengalami hal yang sama denganku yaitu terobsesi secara seksual terhadap ibu kandungnya sendiri, dan hampir dipastikan semua juga hanya sebatas fantasi seksual atau hanya sebatas mengeksplorasi barang-barang pribadi seperti celana dalam, bra dan pakaian, termasuk diriku.
Selanjutnya aku mulai melihat-lihat wajah dan tubuh ibuku melalui foto, kebetulan aku punya kamera SLR yang aku beli dari hasil tabunganku. Aku jadi sering memotret ibuku dirumah dalam berbagai aktifitasnya. Ibuku awalnya risih karena aku sering memotretnya tapi lama-lama terbiasa juga. Aku sengaja mencari cari moment yang tepat saat memotret, misalnya dalam keadaan rambut basah, dalam keadaan mencuci, memasak, atau dalam keadaan santai, sampai ketika ibuku tidurpun aku foto. Lama-lama koleksiku makin banyak dan aku simpan semua di laptop kamarku.
Ketika akan tidur aku selalu sempatkan melihat-lihat hasil jepretanku ini. Aku pilih yang paling menarik secara seksual pada foto-foto ibuku tersebut. Selanjutnya aku zoom diarea sekitar wajah, payudara atau area paha. Aku amati benar-benar sambil membangkitkan fantasi seksualku dalam pikiran. Kelakuanku ini mungkin aneh tapi bagiku ini sangat menyenangkan, terlebih aku melakukannya didalam kamar sendiri. Aku pegang-pegang penisku sambil tangan kananku memegang mouse untuk mengatur gambar mana yang akan jadi objek fantasiku. Pada akhirnya aku mencapai klimaks dan spermaku berceceran dilantai. Sangat nikmat rasanya ketika orgasme sambil melihat foto ibuku dan dengan lirih menyebut namanya…
Aku tetap bersikap biasa didepan ibuku, tidak sama sekali berusaha merayu atau menggoda, karena otak warasku masih bekerja normal, aku masih takut terhadap norma dan penilaian ibuku apabila aku menggodanya secara frontal. Namun berbeda ketika aku didalam kamar, hasrat bercinta dengan ibuku makin kuat makin kuat dan makin kuat, perlahan namun pasti aku menjadi seorang Oedipus complex. Aku sangat menyadari ada yang salah dalam diriku tapi aku juga menikmati sekali berfantasi adegan ranjang dengan ibu kandungku sendiri.
Saat ini aku sudah memiliki dua kebiasaan aktifitas seksual, yang pertama dengan menciumi aroma celana dalam ibuku dan yang kedua adalah menjadikan foto sebagai bahan objek fantasiku. Cukup lama aku berkutat dalam aktifitasku tersebut sampai akhirnya aku menemukan di internet tentang foto video atau kisah incest khususnya antara ibu dan anak. Meskipun aku tahu di internet content hampir kebanyakan fake tapi setidaknya lumayan untuk berfantasi seolah-olah diriku dan ibuku yang ada dalam adegan panas tersebut, dan memang hanya sebatas itu saja ruang obsesiku tidak lebih.
Aku memang sangat berhati-hati dan detail dalam segala hal yang menyangkut aktifitasku ini. Aku juga parno apabila ibuku sampai memergoki jejak-jejak yang mencurigakan, dan disinilah bagiku letak seninya. Sensasinya luar biasa bagiku dan aku tidak pernah berhenti untuk berfantasi terhadap ibuku.
Pernah suatu ketika aku mengedit foto-foto ibuku dan kubuat cropping diwajahnya lalu digabungkan dengan tubuh bugil yang kuperoleh dari internet. Aku memang punya kemampuan olah gambar dengan photoshop dan hasil editanku aku simpan dapi tersembunyi dan aku hidden. Aku buka kembali manakala aku butuhkan sebagai bahan onani (lebih populer disebut bacol). Seperti yang aku bilang sebelumnya, segala macam eksplorasi yang aku lakukan rasanya tidak membuatku puas, selalu saja menuntut lebih lebih dan lebih, hal ini tentu saja membuat otakku bekerja memikirkan bagaimana selanjutnya aku memuaskan dahaga seks ku kepada ibuku.
Aku mulai beralih terhadap benda bekas pakai ibuku seperti gelas dan sendok. Ketika aku menjumpai ibuku sehabis minum dari gelas maka aku ambil gelas tersebut dan merasai bekas mulut ibuku yang menempel pada gelas tersebut. Aku hayati rasakan dan kadang sensasinya jadi lain, mirip seorang psikopat yang sedang menikmati sesuatu yang disukai. Meskipun aku tidak merasakan perbedaan apapun dilidah dan bibirku namun disinilah kemampuan otak dalam membangkitkan sensasi gairah seksual.
Pembaca mungkin berfikir, aku gila dan terlalu aneh. Tapi memang itulah yang terjadi. Pasti pembaca juga bertanya kenapa tidak langsung rayu, ekse dan seterusnya. Aku bilang inilah realitanya, kenyataan tidak sesuai dengan bacaan fiksi tentang percintaan ibu dan anak. Tidak semudah itu memasukkan penis kedalam vagina ibu kandung. Butuh kerja keras ekstra dalam mengatur situasi dan melampiaskan nafsu supaya tidak berantakan dikemudian hari. Ya benar aku seorang pengidap kelainan seksual, bagi orang-orang sepertiku pasti mengerti betapa parnonya apabila kesenanganku ini sampi diketahui oleh orang lain terlebih pada orang yang kita jadikan objek seksual yaitu ibuku. Tapi bukan berarti aku menyerah dengan keadaan, aku bertekad suatu saat aku harus bisa benar-benar menyetubuhi ibu kandungku karena itulah obsesiku dalam hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar