Minggu, 15 November 2015

Ibu..maafkan Anakmu.. – Part 5

Sore itu aku baru saja pulang kerja, kuparkirkan motor diteras lalu aku letakkan tas ku dikamar. Di meja sudah ada segelas kopi buatan ibuku, setiap pulang kerja ibu pasti sudah siapkan kopi untukku. Aku duduk diteras sambil merokok dan menikmati segelas kopi. Lalu lalang tetangga yang lewat depan rumahku, sudah jadi kebiasaan saling bertegur sapa karena beginilah kehidupan di rumah gang sempit.
Ibuku berbicara dari dalam ruang tamu mengatakan bahwa kakakku akan datang sabtu ini. Aku menanggapi biasa saja, kakakku memang kalo sudah dirumah sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mengobrol dengan ibu. Oh ya..aku belum menceritakan tentang kakakku ini yang sekarang sedang merantau ke jakarta.
Aku dan kakakku 2 bersaudara, sama-sama belum menikah. Umur kakakku 27 tahun, kulitnya putih rambut lurus sebahu dan menggunakan kaca mata. Namanya Dian ariani sulistiawati, biasa aku panggil mbak dian saja. Kakakku secara fisik bisa dibilang biasa saja tidak ada yang istimewa menurutku. Meskipun mbak dian lebih tua dariku tapi posturnya lebih pendek dariku.
Singkat cerita sabtu itu kakakku datang, biasa lah ibuku paling heboh kalo kakak pulang, aku sih cuma basa basi saja sambil liat oleh-oleh yang dibawa mbak dian. Mereka lebih asik ngobrol berdua sampe malam. Aku lebih memilih nongkrong di tempat tetangga kalo malam minggu begini, sebelumnya aku sudah persiapan bawa kunci rumah karena aku pasti pulang jam 12 malam.
Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar berniat untuk tidur. Mungkin karena terlalu banyak minum kopi tadi sudah hampir sejam mataku tak kunjung terpejam. Akhirnya aku mengambil hp dan membuka situs facebook. Tak sengaja akun mbak dian muncul di timelineku, wah..rupanya dia baru update foto profil. Aku lihat dia sedang selfie di ruang tamu rumahku. Ada yang menggelitik pandanganku, mbak dian selfie dari atas wajah, sekilas wajahnya mirip memang dengan ibu (mbak dian juga mengenakan jilbab jika keluar), Disini aku malah jadi ingat ibuku. Aku juga jadi ingat bagaimana aku memperlakukan ibuku dengan perbuatan mesumku.
Aku buka kembali foto-foto ibu yang telah aku pindahkan ke hp ku. Berbagai foto yang aku lihat memang membuatku penisku tegang. Teringat lagi bagaimana sentuhan penis dan vagina ibuku mampu memberikan efek orgasme yang dahsyat. Aku jadi berpikir kalau besentuhan saja sudah seperti itu bagaimana kalo penisku sampai tembus ke liang rahimnya. Pasti sensasinya akan lebih nikmat apalagi kalau sampai aku mengeluarkan sperma didalam rahim ibuku. Bayangan-bayangan seperti itulah yang memacu diriku untuk bangun dan bergerak ke kamar ibu.
Tapi aku ingat juga mbak dian saat ini tidur di sebelah ibuku, lagi pula malam ini aku tidak menggunakan obat tidur seperti sebelumnya. Sedikit sentuhan gerakan atau suara saja sangat mungkin untuk membangunkan mereka berdua. Aku berjalan ke kamar ibu dan melihat dibalik tirai, mbak dian tidur disebelah tembok dengan posisi miring menghadap tembok, sementara ibuku tidur terlentang disebelahnya. Dalam situasi seperti ini aku ragu. Berbeda jika ibu tidur sendiri, nah sekarang ada mbak dian disebelahnya.
Seperti yang sudah-sudah, meskipun keraguanku sangat besar tetap saja aku tidak bisa menolak dorongan nafsu. Kali ini aku mulai agak nekat, apabila aksiku sampai kepergok ibu aku akan beri penjelasan, sekuat tenaga aku kumpulkan nyali untuk melakukannya. Aku teringat kala aku pertama kali melumat bibir ibuku waktu itu, ibu tidak terbangun sama sekali. Aku ingin mengulangi lagi, merasakan lagi sensasi kehangatan cumbuan pada bibir dan lidah ibuku. Akhirnya aku masuk juga ke kamar ibu dan berlutut disisi ranjang ibuku.
Aku sentuh dagu ibu dengan telunjukku dan kutarik kebawah supaya kedua bibirnya terbuka. Aku sudah melihat barisan gigi depannya, aku tarik lebih jauh lagi kebawah, makin lebar terbuka mulutnya sampai gigi depannya ikut membuka. Kembali aku julurkan lidahku untuk menerobos rongga mulut ibuku. Rasanya hangat ketika aku jelajahi rongga mulut ibuku dengan lidahku. Entah kenapa aku mulai mengabaikan resiko ibu terbangun jadi aku tetap melanjutkan aksiku. Lagi pula ibuku tidak menunjukkan anda akan terbangun jadi aku makin semangat.
Ketika sedang asik mencumbu ibuku, mbak dian bergerak menelentangkan badannya, seketika itu juga aku bergerak mundur dan tiarap disebelah ranjang. Disini aku jadi sadar, malam ini akan sangat beresiko jika aku meneruskan, aku memutuskan tidak melanjutkan aksiku barusan walaupun sedang enak-enaknya. Akhirnya aku tuntaskan di kamar mandi dengan cara onani. Aku harus sabar menunggu sampai mbak dian pulang lagi ke jakarta.
Esoknya mbak dian sudah pulang lagi, aku memang sudah menunggu dia pulang lagi, dengan begitu aku bisa kembali meneruskan aksi bejatku pada ibu. Aku kembali berencana memasukkan obat tidur kedalam rebusan jamu yang biasa ibu buat. Waktu menunjukkan pukul 9 malam, aku sudah hafal betul dengan rutinitas ibu setiap harinya. Aku masukkan obat tidur kedalam panci rebusan jamu tanpa sepengtahuan ibuku. Aku sudah berniat aku ingin menyetubuhinya malam ini. Aku harus bisa menembus vaginanya dengan penisku.
Selang 2 jam kemudian aku kembali memastikan keadaan sebelum memulai aksiku. Aku lihat ibu tidur dengan lilitan sarung dan kaos. Kali ini aku lebih mengabaikan ‘standar keamanan’ dalam menjalankan aksiku, mungkin aku berpikir tanpa obat tidur saja ibu tidak merasakan mulutnya digumuli olehku apalagi jika menggunakan obat tidur. Nah..pemikiran ini yang memicu diriku berniat untuk menyetubuhinya malam ini bukan lagi hanya sekedar dengan sentuhan-sentuhan.
Setelah aku menciumi bibir ibuku aku langsung menaikkan sarung ibuku keatas, nampak kedua pahanya yang gempal berisi, putih mulus sampai ujung pangkalnya. Kali ini aku menurunkan CD ibuku perlahan, pelan sekali aku turunkan hingga terlepas. Aku tidak mau terburu-buru, semua gerakan aku nikmati dengan penuh penghayatan. Vagina ibu terlihat jelas dimataku meski kamar itu hanya mengandalkan cahaya dari ruang tv. Aku mulai menyentuhnya dari bawa ke atas dengan jariku, turun lagi ke bawah. Yang kurasakan saat itu jemariku merasa hangat dan agak lembab juga sedikit licin. Yang aku tau vagina selalu ada cairan agak lengket.
Dengan posisiku dibawah selangkangan ibu aku tetap sesekali memperhatikan wajah ibu, jaga-jaga saja bila ibu terbangun. Setelah ujung jariku basah dan lembab aku mulai dorong sedikit-demi sedikit, yang semula hanya ujung telunjukku saja yang menyentuh vagina ibu kini sudah masuk seukuran kuku. Aku gerakkan melingkar serta keatas dan kebawah dengan tujuan supaya bibir vagina ibu lebih menyeruak membuka. Tanpa disadari pula karena sentuhanku itu vagina ibu secara otomatis menjadi lebih basah dan ini memudahkanku untuk memasukkan jariku lebih dalam.
Tidak terasa sudah setengah jariku masuk, disamping vagina ibu yang memang sudah pernah mengeluarkan 2 orang anak gerakan jariku juga turut membantu proses ini. Tak tahan melihat vagina ibu yang makin basah, aku julurkan lidahku sambil kedua tanganku membuka bibir vagina ibu kesamping kanan kiri. Ada rasa asin getir yang kurasa dilidahku, semakin dalam dan akhirnya bibirku bersentuhan langsung dengan bibir vagina ibu. Aku diamkan sejenak sambil melihat ke arah wajah ibu, setelah dirasa aman aku teruskan gerakan lidahku didalam vagina ibu.
Produksi cairan vagina ibu makin meningkat, karena sudah bercampur juga dengan liurku. Otomatis liang vaginanya lebih lebar membuka. Aku tusuk-tusuk vagina ibu dengan lidahku dan kadang aku hisap dalam-dalam dengan suara seperti mengecap. Dalam kondisi seperti ini, aku sudah dikuasai sepenuhnya oleh hawa nafsu, aku sudah tidak peduli lagi dengan resiko apapun nanti. Aku sudah siap menyetubuhi ibuku, sudah siap untuk membenamkan penisku di vagina ibu, sudah siap untuk mengeluarkan benih spermaku didalam rahim ibu kandungku sendiri. Ibuku erni sulistiawati harus aku setubuhi malam ini juga, apapun yang terjadi aku tidak peduli. Tujuanku hanya satu aku tuntaskan obsesiku malam ini, menyatukan tubuhku dan tubuh ibuku kembali dengan cara dan situasi yang berbeda dengan yang terjadi 22 tahun lalu.
To be continue-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar