Minggu, 15 November 2015

Ibu..maafkan Anakmu.. – Part 6

Aku merasa belum puas juga dengan aktifitas oralku pada vagina ibu, meski sebagian wajahku sudah belepotan cairan aku malah semakin bernafsu. Sebenarnya aku masih ingin mencumbu vagina ibu tapi aku ingin mencoba hal baru lainnya. Dari balik selangkangan ibu aku menatap bibir tebalnya, aku ingin merasakan penisku masuk kedalam mulutnya. Aku bangkit dan mengelap wajahku yang penuh dengan campuran cairan vagina dan liurku. Aku buka celana dan bajuku, aku benar-benar telanjang dihadapan ibuku saat ini.
Aku berbaring disebelah kanan ibu lalu aku lingkarkan tanganku dipinggangnya. Selangkangan ibuku masih terbuka bekas aku oral tadi dan aku biarkan saja seperti itu. Aku menatap wajah ibuku dari samping memperhatikan matanya yang terpejam, bibirnya yang menggoda dan alunan nafas dalam tidurnya yang teratur. Pada saat itu aku merasa nyaman dan bahagia sekali. Aku yang tak menyangka, perbuatanku akan sejauh ini, aku sudah berhasil menggumuli bibir dan vagina ibuku. Semakin menyadari wanita tersebut adalah ibu semakin nafsuku bangkit.
Aku memang ingin menyetubuhinya sebagai ibuku, bukan sebagai kekasih atau istri. Pikiranku sebagai anak kandung yang ingin menyetubuhi ibuku malah jadi energi tambahan betapa aneh dan gila sensasi yang kurasakan saat ini. Dahulu aku juga pernah berorientasi seksual terhadap teman sebayaku atau rekan kerja, atau bahkan puluhan bintang porno yang pernah aku tonton, tapi tidak sekuat gairahnya ketika aku memendam nafsu pada ibuku.
Ibu adalah wanita yang seharusnya kita hormati sayangi dan muliakan. Kenyataannya tidak berlaku bagiku, aku benar-benar sudah bukan manusia normal lagi, dengan kata lain cuma binatang yang menyetubuhi ibu kandungnya, tapi nyatanya didunia ini bukan sekali dua kali seorang anak menyetubuhi ibu kandungnya sendiri, yang jelas aku tidak sendiri, beberapa sudah pernah melakukannya atau mungkin baru berniat saja untuk melakukan.
Tapi meskipun aku menyadari bahwa perbuatanku ini salah aku juga ingin mengungkapkan sisi perasaanku yang lain terhadap ibu. Sebelum aku memulai kembali perbuatan bejatku aku berucap pada ibu disisi telinganya. Meski aku tau ibu tidak mungkin menangkap suara yang kuucapkan. Aku masih memeluknya dari sisi kanan, dengan begini aku merasa lebih intim dan dekat dengan ibuku.
"Bu..aku minta maaf sama ibu sebelumnya, selama ini ibu tidak tau kalo aku sudah pernah mencium ibu, bukan saja di pipi tapi seluruh bibir ibu dan kita juga sudah saling merasakan sentuhan lidah". Aku terdiam sejenak sambil sesekali aku kecup kening dan telinga ibuku.
"Maafkan aku bu, kalo aku jadi anak yang kurang ajar, anak yang bernafsu pada ibunya sendiri, aku tidak sanggup menahan semua godaan ini bu".
"Aku minta maaf sebelumnya pada ibu… malam ini aku menyetubuhi ibu, malam ini aku dan ibu tidak saja terikat pertalian darah, tapi juga terikat dalam indahnya persenggamaan yang mempertemukan penisku dan vagina ibu, dan memasukkan benih spermaku kedalam rahim ibu".
"Aku sayang ibu…tapi aku juga ingin…menyetubuhimu….ibu……".
Lambat sekali aku mengucapkan kata-kata tersebut disamping telinga ibuku, aku menganggap seolah-olah ibuku mendengar dan mengiyakan seluruh ucapanku itu. Aku sengaja bermain kata-kata untuk lebih mendorong nafsuku pada ibu. Dengan begini aku memang sadar dan menyadari bahwa aku memang ingin menyetubuhi wanita yang sedang aku peluk dengan kondisi setengah telanjang yang tiada lain ibu kandungku sendiri. Setelah itu aku kecup pelan pipi ibuku, sampai disini ibuku masih tertidur pulas karena efek obat tidur yang kuberikan tadi.
Aku bangun dan mengambil posisi diatas tubuh ibuku. Aku sandarkan tubuhku diatas tubuh ibuku, kedua lenganku kuletakkan disamping kanan dan kiri kepala ibuku. Penisku yang dari tadi sudah menegang aku lipat dan letakkan diantara perut dan vagina ibu. Kubelai-belai rambutnya, alisnya dan kusentuh pipinya lalu kukecup dahinya. Aku tetap ingin menunjukkan rasa hormat dan sayang kepada ibuku. Aku letakkan kedua telapak tanganku dipipi ibu dan dengan sedikit memiringkan wajahku aku kecup bibir ibuku. Aku memang sangat menyukai berciuman dengan ibuku, menyenangkan rasanya bisa mencium ibu dibibir bahkan bisa merasakan memilin lidahnya didalam. Mungkin kebanyakan orang lain hanya mencium tangan pipi atau dahi ibunya tapi aku sudah bisa merasakan jauh lebih dari itu.
Sudah hampir seluruh rongga mulut ibu aku jelajahi dengan lidahku. Kadang aku menghisap dan mengecap-ngecap permukaan bibir dan gigi depan serta lidahnya yang tersembunyi. Hingga rasanya tidak ada lagi ruang rongga mulut ibuku yang belum tersentuh oleh lidahku. Makin lama tubuhku makin panas dan berkeringat. Kembali aku bangun dan menempatkan selangkanganku tepat dihadapan wajah ibuku. Aku ingin mencoba merasakan seperti apa penisku jika masuk kedalam mulut ibuku. Kutarik sedikit dagunya supaya mulutnya agak terbuka dan tangan kananku menuntun penisku keujung bibirnya. Pertama kali penisku menyentuh bibirnya ada rasa licin dan hangat yang kurasakan. Aku diam sejenak sambil menahan rasa nikmat yang terasa diujung penisku.
Kugerakkan penisku dicelah bibir ibuku membelah dan menyentuh permukaan giginya yang masih agak rapat sementara tangan kiriku memegang dagunya berusaha membuka celah bibirnya agar lebih terbuka. Aku merasakan ujung penisku geli dan agak basah sampai-sampai aku merinding keenakan saking kuatnya rangsangan yang kurasa. Kudorong kedalam pelan-pelan sambil membuka celah bibirnya lebih lebar, sedikit demi sedikit kepala penisku masuk kedalam mulut ibuku.
Ada rasa geli, ngilu, hangat dan nikmat campur jadi satu ditambah dengan efek visual pandangan mataku yang melihat penisku didalam mulut ibuku. Aku coba benamkan lebih dalam lagi hingga menyentuh permukaan lidah ibuku. Kuhentikan sejenak pada fase ini. Aku ingin menikmati dahulu sensasi seperti ini, sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya melebihi ekspektasiku selama ini yang mengira oral seks sama rasanya dengan onani. Maklum aku memang belum pernah merasakan oral seks jadi aku benar-benar berusaha keras menahan agar tidak orgasme didalam mulut ibuku. Bukan apa-apa, aku belum merasakan liang vagina ibuku, aku tidak mau misiku belum tuntas tapi sudah orgasme duluan.
Setelah setengah penisku masuk kedalam mulut ibu kedua tanganku memegang kepala bagian belakang ibuku yang aku gunakan sebagai tumpuan. Pelan sekali aku mulai menggerakkan penisku naik turun searah dengan mulut ibuku. Gesekan antara bibir lidah dan rongga mulut ibu pada penisku menciptakan sensasi dahsyat disekujur tubuhku. Makin lama gerakanku kupercepat, penisku juga terbantu oleh cairan dari mulu ibuku ada bunyi seperti Clepp..clep…clepp..ketika aku melakukan gerakan tersebut.
Segera aku tarik penisku dari dalam mulut ibu, hampir saja aku muncratkan didalam tadi. Aku langsung berdiri, mengatur nafas dan berusaha melepas konsentrasiku pada tubuh ibuku supaya aku tidak kecolongan orgasme duluan. Kulihat sekitar mulut ibu basah belepotan cairan. Meski kondisi ruangan tidak terang tapi aku bisa melihat jelas wajah ibuku.
Tiba saatnya kini aku memulai misi puncak dari segala obsesiku terhadap ibu selama ini. Menyatukan tubuhku dan tubuh ibu, menyatukan kelaminku dengan kelamin ibuku dan menyatukan cairanku dengan sel indung telur ibuku. Aku mundur agak kebelakang berjongkok diantara selangkangan ibu yang masih terbuka lebar bekas aku oral tadi. Aku sentuh lipatan bibir vaginanya, membuka dan menyentuh liang dalamnya. Aku bisa mencium aroma vagina ibu dari jarak seperti ini dan secara otomatis pula memancing penisku berdiri lebih tegang.
Aku mengambil posisi seperti push-up dengan tanganku menopang disisi kiri dan kanan leher ibuku. Disaat bersamaan aku tempelkan penisku di vagina ibuku. Masih ada tersisa cairan dipermukaan vaginanya. Setelah kurasa pas, aku dorong penisku pelan-pelan kedalam vagina ibuku. Aku merasa penisku seperti tertahan dan tidak serta merta masuk dengan mudah. Kembali aku dorong perlahan lalu aku tarik lagi, aku dorong lagi dan kutarik lagi. Tangan kiriku kini memegang penisku dan membantu menggesek lubang vagina ibuku, dengan bantuan tangan kiriku aku gerakkan penisku sedikit memutar naik dan turun agak cepat ditambah dengan sedikit dorongan pada pinggulku.
Tidak terasa kepala penisku sudah terbenam, aku sudah merasa kepalang tanggung. Minimal penisku harus masuk seutuhnya kedalam vagina ibuku. Dengan gerakan yang sama seperti tadi kini dorongan pinggulku lebih mantap membantu penisku yang sedang berjuang membuka tabir vagina ibu. Makin dalam dan kini sudah setengah penisku masuk. Kini kedua tanganku aku jadikan tumpuan kembali disisi leher ibu, kini sebagai motor penggeraknya adalah pinggulku.
Gerakkanku makin lama makin bertenaga dan konstan. Cairan pada kelamin kami makin banyak yang turut membantu melicinkan gerakan penisku didalam vagina ibuku aku sambil perhatikan raut wajah ibuku. Wajahnya tenang sekali dalam kondisi tertidur seperti ini. Ada keanggunan dan wajah keibuan pada ibuku. Wanita yang telah mengandung dan melahirkanku, telah membesarkanku dengan kasih sayang seorang ibu. Wanita yang selalu mengayomi anak-anaknya termasuk diriku dari kecil sampai dewasa. Kini wanita itu malah aku setubuhi, aku nikmati tubuhnya, aku hisap kelaminnya dan aku nikmati bibir dan kemaluannya sebagai lelaki.
Sejenak aku merasakan perasaan aneh, antara menyesal dan nafsu. Perasaan bersalah seorang anak yang telah menodai kesucian seorang ibu, seorang anak yang memutus pembatas hubungan ibu dan anak dengan cara yang amat tidak wajar. Dalam situasi seperti ini, ego dan nafsuku berbalik menguasaiku. Aku rebahkan tubuhku dan menopang dengan kedua lenganku. Sekuat tenaga aku dorong maju mundurkan penisku didalam vaginanya. Makin lama makin cepat dan bertenaga. Sampai aku merasakan kepala penisku seperti menyeruak membelah sesuatu yang jadi penahan didalam vagina ibuku, seperti ada semacam daging yang mengganjal ujung penisku. Makin lama makin kudorong pada akhirnya, seluruh penisku sudah masuki kedalam vagina ibuku.
Aku terdiam sejenak, wajahku kini rapat sekali dengan wajah ibuku. Ada rasa hangat licin dan nikmat menjalar disekujur penisku. Pada akhirnya aku masuk dalam frame dimana seorang anak bisa menyetubuhi ibunya secara utuh, menyatukan kembali dua tubuh dengan cara yang tabu. Aku mencium bibir ibuku dan melumatnya sejenak. Aku pandangi lagi wajahnya, ingin rasanya aku bilang saat itu…ibu…maafkan anakmu…yang telah menyetubuhimu….
To be continue- 8/10

1 komentar: