Minggu, 15 November 2015

Ibu..maafkan Anakmu.. – Part 4

Sejak aku bisa merasakan berciuman langsung dengan ibu aku jadi makin penasaran untuk menyetubuhi ibuku. Ibuku tidak tau bahwa anaknya pernah melumat bibirnya secara langsung. Pengalaman tersebut selalu membuatku terangsang setiap kali mengingatnya, walaupun itu bukan kali pertama aku berciuman dengan wanita. Setiap aku melihat ibuku bicara padaku aku selalu memperhatikan gerak bibirnya. Semakin aku lihat semakin ingin aku mengulanginya. Ah..seandainya saja ibu mau memberikan bibirnya untuk kulumat, payudaranya untuk kuhisap dan vaginanya untuk kusetubuhi…, tapi rasanya juga tidak mungkin sekali bahkan bisa dibilang amat mustahil aku bisa menyetubuhinya.
Aku mulai terinspirasi dari beberapa kisah incest yang beredar di internet. Aku buka situs-situs yang memuat cerita incest baik lokal maupun bahasa inggris. Aku pelajari betul bagaimana seorang anak bisa menyetubuhi ibu atau mama kandungnya. Kadang aku geli juga bila aku baca-baca situs cerita dewasa incest, kok bisa ya seorang anak dengan alasan cinta,obsesi, situasi bahkan unsur paksaan bisa sampai beradegan ranjang dengan orang yang melahirkannya, bahkan sampai menikahi ibunya !. Aku belum bisa kalau harus sejauh itu.
Aku jadi suka sekali membayangkan aku ada dalam cerita-cerita tersebut. Khayalankulah yang bermain apabila aku membaca adegan-adegan cerita tersebut. Diantara seluruh ‘tata cara’ menaklukan ibu kandung yang aku baca, aku paling tertarik dengan cerita seorang anak yang menyetubuhi ibunya saat tertidur. Buatku ini yang paling masuk akal untuk saat ini. Tapi aku juga penasaran dengan cara merayu secara frontal atau sengaja dengan cara memaksa untuk bersetubuh.
Lama aku berpikir bagaimana caranya menyetubuhi ibu. Berhari-hari aku mencari cara hasilnya buntu, aku benar-benar frustasi. Obsesi berlebihan dalam diriku pada akhirnya juga menyiksaku sendiri. Aku jadi lebih introvert dirumah, lebih banyak didalam kamar, aku jadi jarang bergaul dengan teman sebaya, keluar dari rumah pun hanya urusan pekerjaan atau suatu hal yang mendesak. Aku benar-benar terjebak dalam obsesiku sendiri yang malah berbalik menekan diriku. Hingga pada akhirnya aku putuskan obat tidurlah sebagai cara yang aku gunakan agar bisa menuntaskan hasratku ini, hal ini disebabkan karena aku tidak ingin ibu sampai tau kelakuanku selama ini, termasuk niat untuk memasukkan penisku kedalam vaginanya.
Sepulang dari kerja aku beli obat tidur di apotik, setelah aku beli aku bawa ke kamar. Kembali aku berpikir bagaimana supaya ibu meminumnya. Kalau dicampur dengan minuman pasti rasanya akan dikenali. Hmm… Benar….aku punya ide, obat tersebut akan aku campurkan pada jamu yang biasa ibu minum, ibu tidak akan bisa membedakan rasanya antara aku campur atau tidak. Ibuku memang setiap malam selalu merebus jamu godok, aku sendiri tidak tau jenis jamu apa, aku pernah mencoba rasanya pahit sekali. Kata ibuku sih supaya badan tetap sehat dan segar.
Aku menunggu hingga selepas ibu nonton tv, biasanya sekitar jam 8 malam ibu akan mulai merebus jamu godokan (istilah orang jawa) tersebut. Ibu mulai menyalakan kompor pertanda mulai memasak rebusan. Segera aku mengambil tas ku dan mengeluarkan obat tidur tadi sebutir yang sebelumnya sudah aku haluskan dalam bentuk puyer. Aku pergi ke dapur ketika ibu masuk ruang tv. Benar saja…ibu memasak jamu, aku lihat sebentar ke arah pintu dapur memastikan, ibuku masih didepan tv, secepatnya aku masukkan serbuk obat tidur tersebut kedalam panci, setelah itu aku kembali lagi ke kamar.
Sekitar sejam kemudian ibu sudah masuk kamar pertanda akan tidur malam. Ibu tidak pernah mengunci kamarnya apabila sedang tidur, ibu hanya membiarkan pintu kamar setengah terbuka dan ada kain penutupnya dipintu itu, lampu ruang tv sengaja selalu dinyalakan supaya tetap ada bias cahaya dari balik kamar. Sementara dikamarku aku menunggu sampai hampir 2 jam. Aku sudah memperhitungkan efek dari obat mulai bekerjanya kapan serta berikut durasi efeknya, semua sudah aku pelajari dari penjaga apotik.
Sebenarnya aku segan masuk kamar ibu, jarang sekali aku masuk kamarnya apabila ibu didalam apalagi jika sedang tidur, tapi kali ini berbeda, aku memang menginginkannya tertidur untuk memuluskan rencanaku. Dengan setenga jinjit aku berjalan menuju kamar ibuku. Aku sudah menyiapkan alibi mau tukar bantal apabila ibu terbangun. Aku sangat memperhitungkan sekali memang segala kemungkinan yang terjadi supaya rencanaku ini berhasil.
Posisi ibuku tidur agak tengkurap dan setengah badannya agak naik ke atas, tangan kirinya menopang kepala dan kakinya setengah terlipat menyilang. Ibu kalau tidur pasti menggunakan sarung, dan kali ini ibu mengenakan atasan lengan panjang harian dengan 4 kancing didepan. Aku sudah membawa bantal saat itu, lalu kupanggil ibu perlahan. Sekali…dua kali…tiga kali…aku panggil lagi ibu dengan nada lebih keras, masih belum ada jawaban. Aku tidak mau gegabah, aku panggil ibu lagi tapi dengan sedikit mengguncangkan pundaknya. Masih tetap sama ibu tidak bangun.
Bukan main girangnya diriku seakan telah menemukan suatu hal besar. Ranjang ibu terbuat dari dipan kayu bukan model spring bed, maklum ranjang itu sudah ada sejak aku masih kecil dan kasurnya juga masih jenis kapuk. Aku berlutut ditepi ranjang ibu sedang posisi ibu membelakangiku menghadap kearah tembok. Aku ingin memastikan lagi bahwa efek obat yang kuberikan bekerja baik. Aku genggam tangan kanan ibu dan mengelusnya dengan jempolku sambil kupanggil-panggil. Kali ini aku yakin sekali ibu telah terlelap.
Aku mulai menyentuh pipi kanannya dengan telunjukku, menggesek perlahan melingkar, terus hingga ujung alis, hidung serta bibirnya. Aku pegang pundak kanan ibu dan pelan sekali aku tarik kearahku supaya posisi ibu terlentang. Ibu sama sekali tidak menunjukkan akan bangun, maka dengan sangat percaya diri aku dekati wajahnya. Cuppp…kecupan ringan aku daratkan dipipi ibuku, lanjut di dahinya, turun melalui hidung dan berakhir dibibirnya. Aku putar wajahku dan kedua tanganku kutahan dikedua sisi kepala ibu. Dengan setengah menunduk aku mulai menggumuli bibir ibuku.
Caraku melumat mengecup dan memainkan lidah ibuku hampir mirip dengan kejadian lalu. Cuma bedanya sekarang aku lebih percaya diri dan sudah bisa lebih jauh menjelajahi rongga dalam mulut ibuku. Lama aku mengulum mulut ibuku. Aku berdiri sejenak, kuperhatikan tubuh ibuku ini, lalu aku tarik sedikit demi sedikit sarungnya ke atas. Aku jadi sangat berdebar dengan hal ini, sangat memacu adrenalin tapi juga menyenangkan. Sampai akhirnya aku berhasil mengangkat sarung ibu ke atas. Aku tidak mau memelorotkannya, karena takut ibu curiga dipagi hari sarungnya sudah tidak mengikat dipinggangnya lagi.
Aku dapati celana dalam ibu agak longgar. Perlahan aku sentuh belahan vaginanya dengan sedikit menekan kedalam. Aku jadi penasaran seperti apa aroma asli vagina. Aku sedikit mengangkat celana dalam ibu dari bagian sisi vagina dengan 2 jariku. Bulu kemaluannya agak merambat keluar disisi vagina ibu. Kudekatkan wajahku pada vaginanya, aku hirup aromanya…pekat sekali dan kuat aromanya sedikit berbau pesing. Aku sendiri bingung menjelaskan bagaimana itu aroma vagina seperti apa. Yang jelas sangat merangsang libido.
Aku julurkan lidahku pada garis vagina ibu, kugerakkan lidahku keatas dan bawah kadang dengan sedikit menekan supaya lidahku bisa masuk lebih jauh sampai akhirnya seperti seolah-olah aku berciuman dengan vagina ibu. Lama kelamaan vagina ibu basah juga entah oleh air liur atau memang cairan vagina. Aku turunkan celanaku berikut CD, hingga penisku tegak berdiri. Kembali aku naik ranjang, sementara tangan kananku membuka sedikit celana dalam ibu yang menutup area vaginanya.
Aku mengalami sensasi dan adrenalin yang tinggi dan belum pernah aku rasakan selama ini, sampai untuk bernafaspun aku jadi agak ditahan dan sangat kuatur sekali. Jarak penisku dan vagina ibu makin dekat hanya tersisa beberapa centi saja. Disinilah aku bimbang kembali, haruskan ibuku yang sedang tertidur ini aku setubuhi, bagaimana aku menjelaskan kalau ibu bangun. Aku tetap tidak merubah posisiku, masih sama. Tak lama kemudian ujung penisku sudah bertemu dengan bibir luar vagina ibu hanya menempel saja. Kudiamkan sejenak penisku aku belum berani mendorong masuk. Aku hanya menggesek pelan sekali naik turun searah garis vagina.
Cairan dalam kedua kelamin kami makin banyak. Kadang ujung penisku sudah mulai menyeruak vagina ibuku. Pelan namun pasti kepala penisku sudah menekan agak lebih dalam beberapa centi. Aku gesek dan gerakkan secara perlahan memutar diantara celah vagina ibu. Aku merasakan dadaku agak sesak, kepalaku berat serta penisku sudah sangat berontak ingin memasuki vagina ibu, tapi ya itu tadi rasa keraguanku masih besar, ada rasa takut juga yang pada akhirnya aku tidak berani lebih jauh mendorong penisku. Sedang dalam kondisi seperti itu aku merasa ada stimulus pendorong keluarnya sperma yang dahsyat meski aku sebenarnya belum memasukkan penisku kedalam vagina ibu secara utuh. Mungkin karena pengalaman pertama kali aku bersentuhan kelamin dengan ibuku jadi baru menempel saja rasanya sudah nikmat sekali (orang jawa bilang peltu).
Aku merasa sebentar lagi aku orgasme, cepat aku cari celana dalamku. Setelah itu aku bungkus penisku dengan CD ku tadi serta kugenggam dan aku remas penisku sendiri. Akhirnya aku memuncratkan spermaku sendiri dibalik celana dalamku. Luar biasa rasanya, untuk beberapa detik aku merasakan puncak orgasme dahsyat. Aku tidak mau memuncratkan spermaku di vagina ibu, aku tetap belum berani untuk meninggalkan jejak mesum terhadap ibuku, karena untuk orang sepertiku saat ini tetap butuh rasa aman dan privasi tinggi untuk melampiaskan hasratku.
Aku segera merapikan sarung ibu tidak lupa aku bersihkan sisa cairan di vagina ibu dengan tisu dan membawa bekas spermaku yang menggumpal di CDku. Aku langsung ke kamar mandi lalu kubersihkan noda spermaku itu lalu meletakkannya pada ember kotor. Aku tidak mau ada jejak sedikitpun, harus benar-benar rapih tanpa jejak. Setelah itu aku kembali ke kamarku. Didalam kamar aku merenung, ada sedikit rasa tidak nyaman atau kalau boleh dibilang rasa bersalah. Karena memang bagaimanapun secara nurani aku tidak mau melakukan perbuatan ini, namun aku tidak sanggup menahan dorongan nafsu yang kian besar tumbuh dalam diriku. Pikiranku melayang kesana kemari dan tidak terasa aku pun tertidur pulas menutup malam dalam peraduan.
To be continue-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar